Gamelan merupakan seperangkat alat
musik tradisional Indonesia yang keberadaannya sudah sangat akrab bagi
masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di pulau Jawa dan Bali. Sebagai
sebuah produk budaya, keberadaan musik gamelan sudah menjadi kebutuhan kehidupan
bagi masyarakat dalam hal seni dan keindahan.
Di pelosok desa, gamelan merupakan sarana untuk menyalurkan
ekspresi berkesenian dan menjadi dalam kehidupan. Selain mengenal istilah gamelan, masyarakat juga mengenalnya
dengan istilah karawitan dan
gangsa. Istilah karawitan
berasal dari kata rawit yang berarti kecil, halus atau rumit. Sedangkan istilah gangsa berasal dari kata kamsa
atau kangsa yang berarti perunggu. Dalam perkembangannya di pulau Jawa istilah
tersebut berubah menjadi gangsa yang
berarti gamelan.
Dalam
pengertian yang sempit istilah karawitan
dipakai untuk menyebut suatu jenis seni suara atau musik yang mengandung salah
satu atau kedua unsur berikut (Supanggah, 2002:12): 1. Menggunakan alat musik
gamelan, sebagian atau seluruhnya baik yang berlaras slendro atau pelog,
sebagian atau semuanya, 2. Menggunakan
laras (tangga nada) slendro dan atau pelog baik instrumen gamelan atau non
gamelan maupun vocal atau campuran dari keduanya.
Seorang sarjana berkebangsaan
Belanda yang bernama Dr. J.L.A. Brandes secara teoritis mengatakan bahwa
masyarakat Jawa sudah memiliki ketrampilan budaya jauh sebelum datang pengaruh
budaya India. Ketrampilan budaya itu sebagai berikut: 1. Wayang 2. Gamelan
3. Ilmu irama sanjak 4.
Batik 5. Pengerjaan logam 6. Sistem mata uang sendiri 7. Ilmu teknologi pelayaran 8. Astronomi 9. Pertanian sawah 10. Birokrasi pemerintahan yang teratur,
(Brandes, 1889).
Pada masa sekarang ini gamelan telah
mendunia artinya gamelan tidak hanya dikenal dan dipelajari di Indonesia saja
tetapi telah dikenal dan dimainkan secara luas di seluruh dunia. Berbagai negara
seperti Amarika, Belanda, Jepang dan sebagainya termasuk Argentina telah
mengenal dan mampu memainkannya.
Data tentang keberadaan gamelan ditemukan dalam sumber
tertulis berupa prasasti dan kitab kesusastraan yang berasal dari masa
Hindu-Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan pada bangunan
candi. Sumber piktorial
ditemukan pada candi yang berasal dari masa klasik Jawa Tengah (Abad VII–X) dan
candi yang berasal dari masa klasik Jawa Timur (Abad XI–XV, Haryono, 1985).
Dalam
sumber tertulis masa klasik Jawa Timur, kelompok ansambel gamelan dikatakan
sebagai tabeh–tabehan (bahasa Jawa baru tabuh-tabuhan atau tetabuhan)
yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan cara dipukul.
Dalam
bahasa Jawa ada istilah gèmbè yang
berarti alat pemukul sedangkan di Bali ada istilah gambèlan yang kemudian mungkin menjadi istilah gamelan.
No comments:
Post a Comment