Wednesday, January 31, 2018

SIKAP DASAR TANGAN DAN KAKI TARI KLASIK JAWA GAYA YOGYAKARTA



Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang lebih dikenal dengan nama Jogja kaya akan seni budaya yang luhur dan beraneka ragam, salah satunya adalah seni tari klasik gaya Yogyakarta.

Pada awalnya tarian klasik gaya Yogyakarta hanya hidup dan berkembang di lingkungan bangsawan dan di dalam istana Kraton Yogyakarta. Dalam perjalanan dan perkembangannya tarian tersebut meluas dan berkembang ke luar tembok istana sehingga masyarakat pada umumnya yang notebene bukan kaum bangsawan juga bisa merasakan, menikmati dan mempelajari ke-adiluhung-an tari klasik gaya Yogyakarta warisan para leluhur itu.

Ada sikap tangan dan kaki yang menjadi dasar dari tari klasik gaya Yogyakarta. Sikap dan posisi tersebut akan selalu digunakan dalam setiap gerakan tari klasik yang dihadirkan.

Sikap Tangan: 
1. Ngithing, sikap tangan seperti ini biasanya digunakan untuk tari putri dan putra halus, 2. Nyempurit, sikap tangan seperti ini biasanya digunakan untuk tari putri, putra halus dan putra gagah, 3. Ngruji, sikap tangan seperti ini biasanya digunakan untuk tari putri, putra halus dan putra gagah, 4. Ngepel, sikap tangan seperti ini biasanya digunakan untuk tari putra halus dan putra gagah. 

Posisi Kaki:
Sebenarnya ada banyak posisi kaki yang digunakan di dalam tari klasik gaya Yogyakarta tetapi secara mendasar yang paling pokok adalah sikap atau posisi kaki nylekenthing. Posisi kaki seperti ini (nylekenthing) akan memberi warna atau daya hidup pada kaki ketika sedang menari. Selain itu posisi seperti ini (nylekenthing) memberi kesan lebih dinamis dan kokoh.

Sikap dan posisi kaki di atas merupakan hal yang mendasar di dalam tari klasik gaya Yogyakarta. Posisi tersebut harus benar-benar dikuasai untuk bisa menari jawa klasik khususnya gaya Yogyakarta. Jika hal itu bisa dilakukan niscaya akan mudah dalam mempelajari dan menarikan tari klasik gaya Yogyakarta tersebut.

Fungsi Gamelan



Keberadaan Gamelan dari masa ke masa mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan jaman.  Hal ini tentunya berjalan melalui proses yang natural melihat kondisi dari jaman itu.  Musik Orchestra Jawa yang kini sudah mendunia itu tentunya juga mengalami fungsi dan peran seiring dengan perubahan dan perkembangan serta kebutuhan manusia. Di Jawa, Gamelan bisa berfungsi sebagai berikut:

1. Upacara
Ada Gamelan yang hanya digunakan khusus untuk upacara ritual tertentu dan waktunya juga khusus. Salah satu contoh gamelan yang digunakan untuk ritual tertentu adalah Gamelan Sekaten. Jenis gamelan ini bernama Kyai Naga Wilaga dan Kyai Guntur Madu. Kedua perangkat Gamelan tersebut hanya dikeluarkan dan ditabuh dari dalam kraton setiap setahun sekali untuk memperingati Perayaan Hari Besar Agama Islam Maulud Nabi (kelahiran)Muhammad SAW.


Gamelan Kyai Naga Wilaga dan Guntur Madu setelah dikeluarkan dari dalam kraton biasanya diletakkan kedua pagongan masjid (dua tempat khusus di depan masjid agung kraton) dan ditabuh pada malam hari sekitar sepuluh hari menjelang perayaan hari kelahiran nabi. Konon menurut cerita yang berkembang dan dipercaya oleh masyarakat bahwa gamelan tersebut berfungsi untuk syiar Agama Islam.  Pada malam hari gamelan ditabuh dan bunyinya bisa didengar dalam radius puluhan kilo meter sehingga menarik perhatian masyarakat dan akhirnya mereka berdatangan ke tempat tersebut.  Setelah berkumpul barulah diberi semacam pengertian atau ceramah agama yang isinya tentang ajaran agama Islam.  Jadi kesenian pada masa itu khususnya musik gamelan berperan sebagai salah media/alat syiar agama.

2. Hiburan

Musik Gamelan sebagai hiburan berkonotasi bahwa gamelan bisa berperan sebagai media / alat untuk berekspresi seni dalam kaitannya untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia. Dari yang sifatnya untuk hiburan bagi diri sendiri berkembang menjadi hiburan yang sifatnya bisa juga bagi orang lain.

Dari perkembangan kebutuhan tersebut tentunya juga mempengaruhi cara penyajian, yang tadinya hanya sebagai konsumsi pribadi yang tidak memerlukan penataan khusus berkembang menjadi konsumsi untuk publik yang notabene memerlukan sebuah polesan khusus dalam penyajiannya.

3. Pengiring Tari
Selain bisa berdiri sendiri sebagai bentuk kesenian, musik gamelan juga berfungsi sebagai musik pengiring dan atau musik ilustrasi bagi seni tari.  Bisa dikatakan juga bahwa jika musik gamelan atau musik-musik yang lain secara luas itu digunakan untuk mengiringi sebuah tarian berarti keberadaan musik tersebut membantu dalam menghadirkan “roh” dari sebuah kesatuan dua elemen tersebut.  Musik akan memberi jiwa yang menjadikan sebuah pertunjukan menjadi lebih hidup.
 

El Titiritero de Indonesia : KI SIGID ARIYANTO

Nacido en la ciudad de Blora - Java Central, 8 de junio de 1979. Ki Sigid Ariyanto es un Dhalang joven, talentoso y famoso de la ciudad de ...