Wednesday, September 19, 2018

WAYANG SEBAGAI HASIL KARYA SENI BHINNEKA TUNGGAL IKA


Kesatuan Dalam Wayang Kulit

WAYANG SEBAGAI HASIL KARYA SENI BHINNEKA TUNGGAL IKA - Pertunjukan Wayang Kulit merupakan kesatuan dari berbagai cabang seni yang terangkum menjadi satu keutuhan karya yang adiluhung dan sebagai mutiara pendidikan bagi masyarakat yang dapat menyerap inti sarinya.

Masterpiece

Sebagai karya yang adi luhung (Masterpiece) Pedhalangan ini mengandung juga unsur-unsur cabang seni klasik dengan nilai seni yang tinggi, yaitu:

1.  Seni Rupa Klasik, terdiri dari karya-karya bentuk dan garis-garis tertentu pada bagian muka, seperti: mata, mulut, hidung dan bagian-bagian anggota badan lain dari berbagai golongan wayang yang menunjukan perwatakan yang sesuai (Wanda) dari tokoh wayang yang bersangkutan dan penuh abstraksi, terukir pada kulit kerbau yang ditatah “ngrawit” (halus, njlimet) dan yang “disungging” (dihias dengan tata warna), harmonis ekspresionis sehingga mengasyikan bagi yang menikmatinya serta mempunyai daya tarik bagi orang dewasa maupun anak-anak dan tentunya para seniman.

2.   Seni Gerak Klasik, yang sangat berpengaruh pada dunia seni drama dan memungkinkan adanya berbagai variasi yang sangat saling melengkapi.

3.   Seni Sastra Klasik, hasil para empu dan pujangga-pujangga besar yang memberi sumbangan kepada dunia kesusasteraan sehingga menarik perhatian dunia Timur dan Barat di bidang sejarah, antropologi, etnologi, pendidikan terutama bahasa, kesusasteraan dan falsafah untuk mempelajari, menyelidiki, meninjau dan menelaahnya selain untuk membuat uraian dan kupasan ilmiah tentang persoalan-persoalan yang berkisar pada dunia pewayangan.

4.  Seni Drama Klasik, mempunyai corak tersendiri dan mengandung unsur mistis-simbolis, mempunyai bentuk khas yang sangat membantu bagi Dhalang dalam usahanya menggubah suatu bagian ceritera dalam bentuk satu lakon utuh yang sangat menarik bagi pecinta wayang dan juga bagi para ahli falsafah dan ahli kebatinan.

5.  Inti sari lakon wayang merupakan “tasawuf” yang melambangkan suatu gambaran perjuangan hidup seseorang menuju ke kesempurnaan, seperti dalam lakon Dewa Ruci. Dalam lakon ini dikisahkan perjuangan Bima yang dapat lulus melewati rintangan dan memperoleh Tirta Perwita Sari. Wahyu Illahi yang membuka tabir hidup yang sejati.

El Titiritero de Indonesia : KI SIGID ARIYANTO

Nacido en la ciudad de Blora - Java Central, 8 de junio de 1979. Ki Sigid Ariyanto es un Dhalang joven, talentoso y famoso de la ciudad de ...