Kesatuan Dalam Wayang Kulit
WAYANG SEBAGAI HASIL KARYA SENI BHINNEKA TUNGGAL IKA - Pertunjukan Wayang Kulit merupakan kesatuan dari berbagai cabang seni yang terangkum menjadi satu keutuhan karya yang adiluhung dan sebagai mutiara pendidikan bagi masyarakat yang dapat menyerap inti sarinya.
WAYANG SEBAGAI HASIL KARYA SENI BHINNEKA TUNGGAL IKA - Pertunjukan Wayang Kulit merupakan kesatuan dari berbagai cabang seni yang terangkum menjadi satu keutuhan karya yang adiluhung dan sebagai mutiara pendidikan bagi masyarakat yang dapat menyerap inti sarinya.
Masterpiece
Sebagai karya yang adi luhung (Masterpiece) Pedhalangan ini mengandung juga unsur-unsur cabang seni klasik dengan nilai seni yang tinggi, yaitu:
Sebagai karya yang adi luhung (Masterpiece) Pedhalangan ini mengandung juga unsur-unsur cabang seni klasik dengan nilai seni yang tinggi, yaitu:
1. Seni
Rupa Klasik, terdiri dari karya-karya bentuk dan garis-garis tertentu pada
bagian muka, seperti: mata, mulut, hidung dan bagian-bagian anggota badan lain
dari berbagai golongan wayang yang menunjukan perwatakan yang sesuai (Wanda) dari tokoh wayang yang
bersangkutan dan penuh abstraksi, terukir pada kulit kerbau yang ditatah “ngrawit” (halus, njlimet)
dan yang “disungging” (dihias dengan
tata warna), harmonis ekspresionis sehingga mengasyikan bagi yang menikmatinya
serta mempunyai daya tarik bagi orang dewasa maupun anak-anak dan tentunya para
seniman.
2. Seni Gerak Klasik, yang sangat berpengaruh pada dunia
seni drama dan memungkinkan adanya berbagai variasi yang sangat saling
melengkapi.
3. Seni Sastra Klasik, hasil para empu dan
pujangga-pujangga besar yang memberi sumbangan kepada dunia kesusasteraan
sehingga menarik perhatian dunia Timur dan Barat di bidang sejarah,
antropologi, etnologi, pendidikan terutama bahasa, kesusasteraan dan falsafah
untuk mempelajari, menyelidiki, meninjau dan menelaahnya selain untuk membuat
uraian dan kupasan ilmiah tentang persoalan-persoalan yang berkisar pada dunia
pewayangan.
4. Seni Drama Klasik, mempunyai corak tersendiri
dan mengandung unsur mistis-simbolis, mempunyai bentuk khas yang sangat
membantu bagi Dhalang dalam usahanya
menggubah suatu bagian ceritera dalam bentuk satu lakon utuh yang sangat
menarik bagi pecinta wayang dan juga bagi para ahli falsafah dan ahli
kebatinan.
5. Inti sari lakon
wayang merupakan “tasawuf” yang melambangkan suatu gambaran perjuangan hidup
seseorang menuju ke kesempurnaan, seperti dalam lakon Dewa Ruci. Dalam lakon ini dikisahkan perjuangan Bima yang dapat
lulus melewati rintangan dan memperoleh Tirta
Perwita Sari. Wahyu Illahi yang membuka tabir hidup yang sejati.